Apakah Semua Bintang Di Alam Semesta Sama Saja?

Bintang-bintang. Kredit: ESA/Hubble, NASA
 - Saat sedang mengamati bintang-bintang di malam hari, kita melihat semua bintang dengan kenampakan yang hampir sama, kecil dan bersinar dengan cahaya berkelap-kelip. Tapi, apakah memang semua bintang di langit itu sama?

Faktanya, bintang bukanlah objek yang membosankan dengan fitur fisik yang sama. Mereka hadir dalam aneka macam ukuran dan warna yang berbeda. Untuk memahami sepenuhnya mengapa mereka berbeda-beda, kau perlu mengetahui dasar-dasar fisikanya.

Pertama, bintang berbeda dari warnanya. Para astronom sanggup mendeteksi warna bintang dengan mengambil data spektra mereka (sangat ibarat dengan proses pemisahan cahaya memakai prisma, yang dilakukan oleh Newton). Spektrum bintang berasal dari parameter tunggal, yakni suhu. Oleh alasannya ialah itu, kita sanggup mengetahui suhu bintang hanya dengan melihat spektrum bintang.

Suhu bintang-bintang pun bervariasi, mulai dari sekitar 2.700 derajat Celsius sampai 50.000 derajat Celsius. Bintang-bintang dengan warna biru diketahui lebih panas daripada bintang-bintang merah yang suhunya jauh lebih rendah.

Jadi, dikala kau melihat bintang, perlu diingat bahwa alasan mengapa bintang ibarat Betelgeuse, Arcturus, dan Antares terlihat merah ialah alasannya ialah mereka "dingin" (dingin di sini berarti suhunya sekitar 3.700 derajat Celsius), dan bintang ibarat Vega yang berwarna putih suhunya lebih panas.

Berdasarkan suhu ini, bintang diklasifikasikan ke dalam aneka macam kategori, mulai dari bintang tipe O, B, A, F, G, K dan M. Di mana tipe O ialah bintang yang terpanas dan bintang M ialah yang paling dingin. Sebagai contoh, Vega ialah bintang tipe A, sedangkan Matahari kita ialah bintang tipe G. Kaprikornus Matahari jauh lebih cuek daripada Vega.

Kecerahan bintang juga menciptakan mereka berbeda-beda satu sama lain. Kecerahan sendiri tergantung pada luminositas dan jaraknya dari kita. Dengan demikian, belum tentu sebuah bintang yang tampak redup di langit ialah alasannya ialah dia benar-benar redup secara intrinsik, melainkan sanggup jadi alasannya ialah mungkin jaraknya yang sangat jauh dari Bumi.

Jadi, untuk mengetahui bintang mana yang lebih bercahaya dari yang lain, kita perlu mengetahui jarak ke bintang terlebih dahulu. Ada aneka macam teknik untuk memilih jarak ke bintang ibarat paralaks, variabel Cepheid, dll.

Begitu jaraknya diketahui, kita sanggup memilih luminositas bekerjsama dari bintang tersebut. Luminositas bintang sanggup kurang dari Matahari dengan faktor 10.000, sampai sanggup seterang lebih dari satu juta kali dari luminositas Matahari.

Setelah kita mengetahui luminositas bintang, kita sanggup memilih radius bintang pula. Sejauh ini diketahui bahwa banyak bintang mempunyai radius yang sangat besar dibandingkan dengan Matahari; yang mana bintang-bintang tersebut disebut bintang raksasa atau super raksasa (contohnya ialah Betelguese yang mempunyai radius sekitar 500 kali radius Matahari).

Masih belum puas dengan banyaknya perbedaan bintang? Hem??

Nih lagi: bergantung pada suhu bintang, fitur permukaannya juga sanggup bervariasi. Bintang-bintang bersuhu rendah cenderung mempunyai molekul ibarat Titanium oksida di permukaannya, sementara bintang-bintang panas lebih banyak mempunyai atom terionisasi.

Bagaimana? Sampai di sini sanggup kita ketahui bahwa bintang-bintang mempunyai banyak perbedaan, bahkan satu jenis bintang di tipe yang sama, suhu yang sama, ataupun luminositas yang sama, sanggup jadi mempunyai banyak perbedaan pula.

Jadi, jangan menganggap mereka semua sama, ya


Referensi: SDSS, AstronomyOnline, American Scientist.

Komentar