Bintang Pollux di Gemini. Kredit: Akira Fujii |
Dalam pengamatan melalui spektrumnya, Pollux diketahui telah kehabisan materi bakar hidrogen di intinya, dan kini ia sedang aktif menggabungkan helium menjadi karbon dan unsur-unsur lainnya.
Seperti jenis bintang raksasa merah lainnya, proses ini mengakibatkan Pollux menjadi lebih hirau taacuh suhunya daripada Matahari kita, yang membuatnya mempunyai warna oranye kemerahan serta jauh lebih besar: 10 kali diameter Matahari.
Pengamatan oleh Teleskop Antariksa Kepler juga berhasil mengungkapkan bahwa Pollux diorbiti oleh satu planet ekstrasurya, yang ditemukan melalui gaya tarik gravitasi; sang planet menciptakan Pollux tampak "bergoyang".
Menariknya, walau sudah ditemukan ribuan planet ekstrasurya, planet yang mengorbit bintang-bintang yang terperinci (kenampakannya di langit malam) menyerupai Pollux ini tidaklah umum, sehingga menemukannya ialah hal yang menyenangkan bagi para astronom.
Awalnya, planet ekstrasurya yang mengelilingi Pollux disebut sebagai "Pollux b", namun kini disebut sebagai Thestias. Planet tersebut diketahui merupakan jenis planet raksasa gas yang mempunyai massa setidaknya dua kali massa Jupiter. Ia mengorbit Pollux pada jarak 1,65 AU, atau sedikit lebih jauh dari jarak Mars ke Matahari.
Pollux yang Sekarat
Pollux mengawali hidupnya sama menyerupai Matahari kita, yakni dari fase kerdil kuning, kemudian deret utama, dan kini telah berevolusi menjadi raksasa merah. Saat ini, Pollux diketahui mempunyai massa dua kali massa Matahari, dan ia teramati sedang banyak melontarkan lapisan terluarnya. Pollux sekarat.
Dalam beberapa miliar tahun mendatang, dikala helium mulai habis juga pada inti Pollux, sang bintang tidak akan lagi melaksanakan proses fusi nuklir di intinya. Dengan tidak adanya pembangkitan energi itu, Pollux akan goyah.
Ia akan memuntahkan seluruh lapisan terluarnya, menjadi sebuah nebula planeter yang cantik. Sementara itu, inti bintangnya akan tetap tinggal, tetapi berevolusi menjadi sebuah bintang kerdil putih yang redup dan dingin.
Cara Menemukan Pollux di Langit
Untukmu yang sering mengamati langit, kau mungkin sudah dengan gampang menemukan Pollux di arah rasi bintang Gemini. Dalam pandangan dari Bumi, bintang ini muncul dengan warna kemerahan yang cukup terperinci (magnitudo +1,16).
Pollux paling baik diamati selama bulan-bulan ekspresi dominan hujan di Indonesia, yakni dari Oktober hingga Februari, dikala ia berada tinggi di langit, di bersahabat rasi bintang Orion. Rasi bintang Gemini sendiri berada di ekliptika, sehingga Bulan (atau planet) sesekali akan melintasinya.
Pollux. Kredit: Deniel Johnson |
Komentar
Posting Komentar